Sunday, December 11, 2011

The Day I Will Always Remember in 2011

The day I will always remember in this year is when I went abroad for the first time. Actually I went with a friend, but I just want to share the story about me. Many things happened for the first time.

After all preparations such as: passport, tickets-helped by my friend's credit card, itinerary, accomodation, and a bit argued with my parents (especially my mother), finally I flew away with my dream.

I was off to Jakarta first, then spent the night at my friend's place before leaving to Kuala Lumpur as the first destination. The next day I came ealier to Terminal D Soekarno Hatta, coz I needed to confirm my return ticket, besides concerning about queue at check in and immigration counter. The excitement covered my hunger, and I passed through all smoothly, my worriness was useless. Unfortunately, passanger can not get back outside unless urgent, so I just bought dessert for my lunch.

This is it. I heard the announcement about my flight. I felt I wanted to pee again and again. I stepped to aboard and found my seat, and a bit awkward when filling the form for Malaysia immigration. I didn't know how to describe what I felt until I landed. I was so excited even it's rain. I hopped, laught, yelled and patted my friend. It's adventure time!

I always remember the day because when I wanted to turn on my cellphone I didn't find it. I have got back to the plane but negative. I also have claimed to lost and found counter but no news until now. It's my second cellphone, but it's my first cellphone which I bought with my own money.

Lucky me, the incident didn't ruin my trip 'till I flew back home. I've proved to my mother that I was O.K and I never tell her that I'm addicted to traveling.

;)




Sunday, September 18, 2011

Hilang HP waktu Traveling

Two times I went traveling this year, two times too I lost my cellphone. And it happened during the traveling. 

First, in February, I lost my cellphone when I flied from Jakarta to Kuala Lumpur. I was really sure it lost in the board cause the last time I held  it when I turned it off. I have searched and claimed but useless. I was sure it fell because I didn't lose my 'pulsa' when I reactivated the number.

Next, I lost my cellphone when I was in Palembang this September. I really really had no clue how it could happen cause as I remember I never took it out of my bag and just stay in the car until I wanted to use it. I immediately called my number but no answer at all. It must be in one's hand, and indeed, I lost my 'pulsa' when I reactivated it.

It gives me a lesson, but never kill my passion of traveling, for sure.

Saturday, September 17, 2011

Passport Day

I just known today is passport day in the USA.

For the developed country, they still need to conduct event like this. The government encourages their people to travel outside the US.

I like it!


Tuesday, September 13, 2011

Nge-mall di Palembang

Jembatan Ampera dari dalam mobil
Taba Penanjung, Bengkulu
Tanpa rencana, akhirnya lebaran kedua saya dan beberapa anggota keluarga berangkat (jalan-jalan) ke Palembang. Kami menggunakan 3 mobil dan santai (banget). Rute yang kami lewati adalah Curup, Lubuk Linggau, Muara Beliti, dan Sekayu. Kami mulai berangkat sekitar jam 8 pagi dan berharap sudah bisa masuk Palembang pada sore hari, jadi malamnya bisa jalan-jalan, ternyata meleset sampai jam 10 malam karena sering berhenti di masjid dan SPBU. Ternyata eh ternyata dimana-mana jalanan ramai, terutama pengendara motor.
Masjid Agung Lubuk Linggau

Dengan mengandalkan petunjuk jalan dan sedikit informasi, mobil yang saya tumpangi menjadi yang pertama memasuki Kota Palembang. Jalanan terlihat ramai, baik oleh kendaraan yang luar yang lewat maupun penduduk lokal (para ABG-nya) yang berseliweran dan bergerombol di pinggir jalan dengan berhadap-hadapan dari seberang jalan. Heran mereka cuek sekali berkendara tanpa helm dan plat motor, ditambah saya tidak pernah melihat lampu lalu lintas di rute yang kami lalui. Jalanan pun mulus dan lurus kecuali beberapa bagian di daerah Sekayu.

Gelora Sriwijaya, Jaka Baring
Karena tidak ada koordinasi dan rencana jelas, jumat pagi diawali dengan perjalanan ke Jaka Baring. Maksud hati ingin melihat 'hasil kerja' Nazaruddin, apa daya cuma berkutat di areal gedung stadion. Itu pun cukup lumayan, bisa foto-foto di saat kondisinya masih bagus. Entah karena ada kasus atau pekerjaan rutin, atau memang belum deadline, siang itu saya masih melihat beberapa pekerjaan yang belum selesai seperti mengecat atap tribun dan ada bangunan yang belum selesai dikerjakan. Ketika kami mau masuk ke areal lapangan, pengunjung dipungut Rp5000/orang, entah resmi atau tidak, saya dan keluarga tidak mau masuk, cukup melihat dari pagar saja. Bersih dan besar sih, terlihat rumput sedang disiram dengan menggunakan sprinkler. Puas di sana kami segera menghabiskan hari dengan nge-mall. Kalau saat itu saya tidak bersama mereka, pastilah bukan hanya nge-mall yang saya lakukan.

Martabak HAR
Baru kali ini saya liburan masih dalam suasana lebaran ke kota lain, dan ternyata sangat amat susah untuk mendapatkan kuliner yang menjadi ciri khas kota tersebut. Tempat makan masih banyak yang tutup, bahkan untuk makan lotek, kalaupun buka seperti Martabak HAR dan Pempek Pak Raden, menunya tidak lengkap, akhirnya kami menutup sore itu dengan makan model dan pempek di warung yang ada di dekat  tempat kami tinggal, di daerah jalan Swadaya.

Bekal sarapan

Dengan harapan menghindari tiba di Bengkulu pada malam hari, keesokan harinya kami mulai meninggalkan Palembang pada jam 4 subuh, dan berhasil sampai di Bengkulu jam 4 sore. 

Karena tidak hapal, jalan yang kami lalui di daerah Sekayu waktu datang kemarin agak berbeda dari ketika kami pulang, tapi cukup menyenangkan karena jadi tahu di sana ada lapangan besar yang saya pikir sering dijadikan tempat warga berkumpul karena berada di tengah kota dan dekat daerah perkantoran. 

Bekal makan yang telah disiapkan dari semalam mau kami santap di pinggir lapangan itu tapi karena sepupu saya ada yang mau buang air besar akhirnya kami mencari pom bensin sekalian isi bahan bakar. Untung di seberang jalan ada ruko yang tutup, jadi kami sarapan di sana.  

Ketika memasuki Kota Curup, udara sejuk dan dingin mulai terasa. Di pinggir jalan terlihat banyak yang menjual sayur-sayuran segar, karena ini memang daerah agropolitan. 

Curup






Monday, June 20, 2011

Backpacking Tips


Gambar di atas adalah salah satu materi dalam buku pelajaran Bahasa Inggris level Interchange 2 yang ada di Global English Course (GEC) Bengkulu.

Saya sudah mencari-cari info tentang Mike O'Brien tapi belum menemukan web yang ada kaitannya dengan Mike O'Brien seperti dalam gambar di atas, mungkin juga karena saya tidak tahu wajahnya. So, kalau ada yang tahu tentang Mr. O'Brien, tolong kasih info ya...

Tapi yang penting, no matter who he is, the information is so usefull...:)

Saturday, June 11, 2011

Pantai Mami

Ini pertama kalinya saya memasuki daerah "Pulau Baai belok kanan", daerah lokalisasi yang ada di kota saya. Sudah lama sebenarnya banyak yang cerita bahwa pantai di daerah sini sangat bagus, dan merupakan tempat favorit bagi yang hobi memancing, tapi karena keberadaannya dekat daerah terlarang membuat saya enggan untuk berkunjung kalau bukan beramai-ramai. 
Kesempatan itu akhirnya datang pada hari libur tanggal 2 Juni kemarin. Bermula dari diskusi tentang kemana kami akan mengisi liburan pada tanggal merah itu. Tercetuslah Pulau Baai dari seorang teman bule karena dia pernah ke sana dan lebih suka di sana daripada ke Pantai Panjang yang lebih ramai dan banyak yang minta foto-foto.

Semua dari kami tahu tentang pantai di daerah sana, tapi tidak ada yang tahu apa nama persis pantainya :). Tercetuslah kata "Pantai Mami" karena tempatnya yang berdekatan dengan lokalisasi.

Sekitar jam 3 sore kami berangkat dari meeting point dengan menggunakan motor masing-masing. Dua orang teman akan menunggu di jalan yang akan kami lewati karena mereka tinggal di dekat sana, dan dua orang lagi akan menyusul langsung ke pantai.

Wow... begitu motor berbelok ke kanan dari jalan raya dan tinggal berjalan lurus di jalan berpasir dan berbatu, lalu semakin dekat ke pantai, gambaran tentang panti pribadi terpampang jelas di depan mata. SEPI. Pantai hanya dihuni oleh hamparan pasir putih dan laut luas yang seolah mengajak bermain.

Segera, setelah motor diparkir di tempat yang dirasa aman, dan berganti pakaian, saya dan beberapa teman yang berniat mandi langsung berjalan ke arah laut. Yeah, begitu semua badan basah, kami tidak peduli lagi bahwa kami berada tidak terlalu jauh dari zona-terlarang-untuk-pria-dan-wanita-baik-baik. Tadinya ada beberapa orang laki-laki sebaya yang juga sedang berenang, tapi setelah sesaat bertegur sapa, mereka pergi. Tinggal saya dan teman-teman saja sekarang.

Belajar mengapung dan berenang, bermain marcopolo, foto-foto, dan mengumpulkan sand dollar adalah hal-hal yang kami lakukan hingga terbit sunset.



Sunday, June 5, 2011

Mimpi (Traveling) yang menjadi Nyata

Saya tidak pernah lupa ingatan tentang sepasang bule dengan celana pendek dan ransel besar di punggung, yang saya lihat dari dalam mobil ketika saya dan keluarga pulang dari... (saya lupa) Pagar Alam atau daerah Lintang. Waktu itu saya masih kecil dan hanya melihat mereka dari belakang, lalu saya tumbuh dan akhirnya menemukan kata BACKPACKER untuk menyebut orang-orang seperti mereka.
Entah mengapa ingatan itu tidak pernah hilang sampai sekarang, dan saya ingin seperti mereka.

Saya iri melihat teman-teman yang pekerjaan ayahnya memungkinkan mereka berpindah-pindah kota.

Saya iri kepada teman-teman yang sering bepergian ke luar kota.

Saya iri kepada teman-teman yang berprestasi yang membuat mereka bisa dikirim ke luar kota.

Beruntung rasa iri itu menumbuhkan tekad besar untuk bisa melangkah lebih jauh dari mereka. Tidak sekadar pergi dan pulang dengan menumpuk tiket dan foto-foto, tapi juga pengalaman batin yang memperkuat mental dan NASIONALISME (lebaydotcom)...

Saya berhasil lulus masuk perguruan tinggi di Pulau Jawa. Dari masa kuliah hingga masa-masa mencari pekerjaan dan ketika sudah bekerja, saya punya banyak kesempatan untuk mengunjungi dan melihat tempat-tempat baru di luar kota kelahiran saya, baik dengan modal sendiri ataupun gratisan.

Kesempatan menginjak tanah Sulawesi yang bagi saya terasa jauh serta ke luar negeri, yang dulu pernah menjadi mimpi dan akhirnya menjadi nyata, menyadarkan saya bahwa JANGAN PERNAH MENYEPELEKAN MIMPI, Tuhan lebih tahu kapan mimpi itu menjadi nyata untuk kita. Ketika kesempatan itu belum datang, saya memahami bahwa saya sedang dipersiapkan untuk menyambut keindahan mimpi saya. 


keepdreaming, guys...!





Monday, April 11, 2011

Penginapan di Kota Bengkulu

Hotel Berbintang

  • Horizon Grage Hotel

            Jl. Pantai Nala 142 Anggut Bawah
            Telp. 0736-21722
            Fax. 0736-22072

  • Wedika Hotel
        Jl. Kapt. Tendean No. 26 Km. 6,5
              Telp/Fax. 0736-346638

  • Rio Asri

            Jl. Veteran No. 63 Kampung
            Telp. 0736-21952
            Fax. 0736-25728

  • Raffles Hotel

            Jl. Pariwisata Pantai Panjang
            Telp. 0736-27172/25762/25099
            Fax. 0736-25728

  • Hotel Madelin

            Jl. Bhakti Husada No. 88 Lingkar Barat
            Telp. 0736-52777
  • Dena Hotel

            Jl. Fatmawati No. 29 Penurunan
            Telp. 0736-341171
            Fax. 0736-21066

  • Bumi Endah

            Jl. Fatmawati No. 29
            Telp. 0736-21665

  • Putri Gading

            Jl. Sukajadi Ujung Penurunan
            Telp. 0736-26925

  • Puncak Tahura

            Taman Hutan Raya
            HP.0811733383



Penginapan Murah Meriah
X-tra Hotel

1. Hotel Tiara
Jl. Mayjend. Sutoyo No. 96 Tanah Patah
Telp. 0736-21098
Fax. 0736-21096


2. X-tra Hotel
Jl. Mayjend. Sutoyo No. 31 Tanah patah
Telp. 0736-346865/081273005555
Fax. 0736-345974

DM Hotel
3. Samudera Dwinka Hotel
Jl. Sudirman No. 46
Telp. 0736-21604

4. DM Hotel
Jl. Danau
Telp. 0736-349177
HP. 085268359912 (Thamrin)


5. Nusa Indah
    Jl. Danau No 9A Simpang padang Harapan
    Telp. 0736-25540


6. Asahan Guest House
    Jl. Asahan Mo. 22 Padang Harapan
    Telp. 0736-21679


7. Ananda
    Jl. Putri Gading Cempaka No. 51
    Telp. 0736-26657

Sunday, April 3, 2011

TIPS dan TRIK BAWAAN

Walaupun bukan seorang petualang sejati, pengalaman bepergian selama ini telah memberi saya pelajaran dan kesimpulan yang mungkin bisa dijadikan tips dan trik di kala bepergian dengan tidak banyak membawa beban:
  1. Fotokopi dokumen identitas diri, untuk jaga-jaga kalau diminta petugas atau di penginapan yang sedang mati listrik, dan pasfoto untuk yang datang ke negara yang memberlakukan Visa on Arrival. Kartu-kartu keanggotaan seperti Hi-Card, MCC Matahari, atau Kartu Perpustakaan yang dikira tidak akan digunakan di tempat yang dikunjungi tidak perlu dibawa, bikin repot saja kalau hilang.
  2. Tas kecil untuk jalan-jalan ketika ransel dititip di locker/penginapan, atau tempat menaruh barang penting yang tidak boleh jauh dari kita.
  3. Daripada jaket, saya lebih suka menggunakan syal sebagai penghangat, bisa gaya dan tidak makan tempat juga, kecuali pergi ke tempat yang bercuaca/musim dingin. Topi atau kupluk boleh juga dibawa, kok.
  4. Pakaian yang gampang kering. Saya paling tidak mau membawa pakaian berbahan jeans ketika bepergian, dan lebih suka mencuci seadanya daripada membawa pakaian kotor.
  5. Disposal panties. Bagi yang tidak nyaman bisa diganti dengan dalaman yang dirasa tidak layak lagi ada di lemari, jadi begitu mau ganti langsung dibuang (tapi dibungkus dulu, yaa)... anggap saja meninggalkan kenang-kenangan, apalagi kalau ke luar negeri. Dalaman yang nyaman dan 'layak', dipakai ketika akan pulang atau dirasa ada kesempatan untuk mencuci.
  6. Kantong plastik untuk barang-barang yang kotor/basah. Biasanya saya selalu menaruh semua pakaian di dalam kantong plastik supaya terpisah dari barang-barang lain dikira akan sering digunkan, dan tidak langsung terlihat begitu membuka tas.
  7. Alas kaki terbuka, supaya kakinya tidak bau kalau terlalu lama pakai sepatu. apalagi kalau tidak pakai kaos kaki. Sepatu  penting sih, kalau-kalau ada yang ngajak ke acara formal, tapi sandal paling nyaman untuk jalan-jalan. Saya sendiri lebih suka mengenakan teplek yang bisa dipakai ke segala acara dan gampang dilepas pakai.
  8. Alat mandi serba kecil/tipis, handuk, sabun (batangan kecil/cair yang dipindah ke botol kecil), sikat gigi lipat, dan detergen. Ada yang bilang handuk bisa diganti dengan kanebo ukuran besar, tapi saya belum pernah mencobanya.
  9. Buku dan alat tulis. Saya lebih suka menulis, mempelajari peta, atau memperhatikan sekeliling daripada membaca untuk mengisi waktu. Saya pernah melihat bule membawa bacaan tebal kala bepergian yang mungkin akan ditinggal di penginapan setelah mereka selesai membacanya untuk mengurangi bawaan, atau diberikan kepada traveler lain yang dijumpai...
  10. Colokan kaki 3 (kalau ke luar negeri). Waktu ke Singapura, teman saya terpaksa menitipkan blackberry-nya di resepsionis untuk di-recharge
  11. Kamera dan sekitar 2 lusin batere walaupun membawa rechargeable battery. Mengunjungi tempat baru, apalagi untuk pertama kalinya bisa membuat kita lupa sudah berapa lama batere terpakai dan untuk nge-cas ulang, kita tidak tahu berapa jam kita bisa menunggu.
  12. Tissu (kering dan basah) untuk lap-lap atau bersih-bersih kalau tidak ada serbet atau tidak ada air di toilet heheh...
  13. keperluan pribadi seperti obat-obatan, kaca mata, contact lens, asesoris, k**d*m, atau peniti.
Semoga bisa memberi pencerahan...

Saturday, March 26, 2011

VISA

(forward of forward of forward...)

Negara-negara yang membebaskan visa masuk bagi pemegang Paspor Indonesia diantaranya adalah :

ASEAN:
  1. Brunei : 14 days - Free Visa
  2. Cambodia : 30 days - Free Visa (Visa on arrival dg bayar USD 20)
  3. Malaysia : 30 days - Free Visa
  4. Philippines : 21 days - Free Visa
  5. Singapore : 30 days - Free Visa
  6. Thailand : 30 days - Free Visa
  7. Vietnam : 30 days - Free Visa
  8. Laos : 30 days - Visa On Arrival (Vientienne Airport dan Luang Prabang Airport saja. Bawa pasphoto 3 x 4, tiket pesawat pulang pergi dan bukti reservasi hotel atau ada yang bisa dihubungi selama di Laos (pribadi atau kantor))
  9. Myanmar : 28 days - Visa On Arrival (Visa On Arrival baru ada mulai 1 May 2010 untuk Yangon dan Mandalay International Airport).

ASIA (Non ASEAN COUNTRY):
  1. Hong Kong: 30 days - Free Visa
  2. Iran: 15 days - Free Visa
  3. Macau: 30 days - Free Visa
  4. Maldives: 30 days - Free Visa
  5. Sri Lanka: 30 days - Free Visa
  6. Taiwan : 30 days - Free Visa
  7. Jordan : 1 month - Visa On Arrival (Biaya 10 JOD per passport)
  8. Nepal : 60 days - Visa On Arrival
  9. Oman : 1 month - Visa On Arrival (Biaya OMR 6 per passport)
  10. Tajikistan: 45 days - Visa On Arrival (Di Dushanbe airport - harus menunjukkan 'invitation letter' (menyatakan tujuan kunjungan) atau travelling dengan 'licenced tour operator di Tajikistan).
  11. East Timor: 30 days - Visa On Arrival (Bagi warga negara Indonesian yang dekat atau diperbatasan East Timor dikecualikan untuk urusan Visa ini apabila akan masuk East Timor.

AMERIKA
  1. Aruba - Free Visa (Hanya untuk yang memiliki ijin tinggal/residency permit (temporary atau permanent) atau entry permit Amerika Serikat, Canada, negara negara Schengen, dan negara bagian kerajaan Belanda. Dan juga pemegang diplomatic pasport Indonesia saja).
  2. Bermuda : 6 month - Free Visa
  3. Chili : 90 days - Free Visa
  4.  Colombia : 90 days - Free Visa
  5. Costa Rica : 30 days - Free Visa (Harus pernah (ada stamp di passport) ke Amerika Serikat, Canada atau Schengen).
  6. Cuba : 30 days - Free Visa (Harus membeli turis card dulu sebelum berangkat sebagai persyaratan utama).
  7. Ecuador : 90 days - Free Visa
  8. Haiti : 3 month - Free Visa
  9. Jamaica : 6 month - Free Visa (Bagi orang Indonesia yang punya residency permit Amerika Serikat saja).
  10. Peru : 90 days - Free Visa
  11. Saint Vincent : 1 month - Free Visa

AFRIKA
  1. Morocco : 3 months - Free Visa
  2. Seychelles: 1 month - Free Visa
  3. Comoros : 90 days -Visas On Arrival
  4. Mozambique: 30 days - Visa on Arrival
  5. Tanzania: 3 months - Visa on Arrival
  6. Zambia 3 months - Visa on arrival
  7. Zimbabwe: 3 months - Visa on Arrival

EROPA
  1. Albania (Hanya yang memiliki residency permit salah satu dari Schengen Country atau yang memiliki multi entry Schengen Visa model C atau D)
  2. Andorra : 7 days (Multiple entry Schengen Visa diperlukan. Masuk Andora berarti keluar dari Schengen Country karena negara ini bukan Schengen, tanpa airport dan kejepitdiantara Perancis dan Spanyol).
  3. Croatia : 14 days (Bagi pemegang passport diplomatic saja).
  4. Kosovo : 90 days - On Arrival (Tujuan turis harus menunjukkan bukti booking hotel, reservasi, voucher atau dokumen lain, sedangkan untuk tujuan bisnis harus ada surat dari sponsor atau undangan dari perusahaan).
  5.  Serbia : 14 days (Bagi pemegang passport diplomatic saja).
  6. Azerbaijan: 30 days - Visa On Arival
  7. Armenia : 120 days - Visa On Arival
  8. Belarus :  Visa On Arival (Minsk airport saja)
  9. Turki : 30 days - Visa On Arival (Visa On Arrival untuk warga Indonesia baru ditanda tangani oleh president Susilo Bambang Yudoyono dan Abdullah Gull pada 29 Juni 2010. Biaya sekitar USD 25 per pasport).

OCEANIA
  1. Cook Islands : 31 days - Free Visa
  2. Samoa : 30 days - Free Visa
  3. Micronesia: 30 days - Free Visa
  4. Fiji : 4 months - On Arrival
  5. Niue: 30 days - Visa On Arrival
  6. Palau: 30 days - Visa On Arrival

  1. Austria
  2. Belgium
  3. Czech Republic
  4. Denmark
  5. Estonia
  6. Finland
  7. France
  8. Germany
  9. Greece
  10. Hungary
  11. Iceland
  12. Italy
  13. Latvia
  14. Lithuania
  15. Luxembourg
  16. Malta
  17. Netherlands
  18. Norway
  19. Poland
  20. Portugal
  21. Slovak Republic
  22. Slovenia
  23. Spain
  24. Sweden
  25. Switzerland
 

Tuesday, March 22, 2011

Bengkulu, what's on...?

According to me, Bengkulu is a great place for staying away of touristy place. Thanks for the local government hasn't found yet the bloody formula to develop this resource... Foreigner might have a lot of big fans here cause the local usually really interest to make friend and take a picture with 'bule'...

The icon is the beach, Pantai Panjang. Outside the beach, you just can see the historical monuments as the attractive spot. And most of the spots are free of charge, just pay for the parking service.

Bundaran Simpang Lima


Simpang Lima is the intersection of the main streets in the city. Connecting Soeprato St, Basuki Rahmat St, S. Parman St, Soekarno-Hatta St (Anggut), and Fatmawati St (Penurunan).

Rumah Pengasingan Soekarno
Located on Soekarno-Hatta St and about 20 minutes walking distance from Simpang Lima. It costs Rp2.500 to enter the house, but it's free of charge if you just around the yard. On the Street you also can find the souvenir stores.

Kediaman Ibu Fatmawati
Located on Fatmawati St and just 5 minutes walking distance from Simpang Lima.

Masjid Jamik
Located on intersection among Soeprapto St, Jend. Sudirman St, and Bali St.

Monumen Perjuangan Rakyat Bengkulu
Located on Jend. Sudirman St, next to Bank Indonesia.

Monumen Thomas Parr
Located on Kampung (Chinatown), in front of old market, Pasar Baru Koto, near Governor Palace and Malborough Fort.

Kampung Cina
Benteng Malborough
Located on Kampung, Malborough Fort is side by side Tapak Paderi and Kampung Cina (Chinatown). It costs Rp2.500 to enter the fort.

FYI: Monumen Perjuangan, Thomas Parr, and the fort are close each other. From Soeprato St please take yellow angkot.

Makam Pangeran Sentot Ali Basha
Located on Sentot Ali Basha St, surounded by local cemetery.

Musium
Located on Pembangunan St and costs Rp2.500 to enter. Only open on working hours.

Tabot
You can see this replica almost at every intersection, called Tabot. Tabot is annual event in Bengkulu on 10th Muharam (Islamic calender).

Jalan Soeprapto
Soeprato Street is a main street in Bengkulu City. All angkots (public transportation) pass through this way. It's shopping and hanging out area like Malioboro St. in Yogyakarta, but it has wider space for the walkers and the vehicles.

Mega Mall
Mega Mall is 5 minutes walking distance from Soeprapto St, it's on K.Z. Abidin St, common called Pasar Minggu area. Around this mall is traditional market and PTM (Pasat Tradisional Modern) where you can buy negotiable stuffs.

Bengkulu Indah Mall
Located on Penurunan, BIM is the first mall in Bengkulu City.

Pantai Panjang
Pantai Panjang
Sport Center
Pantai Panjang is right behind BIM. It's long and wide area, so please rent a bike around the sport center, Rp10.000/hour.

Tapak Paderi
Pantai Panjang connects to Tapak Paderi, another sea view to enjoy the sunset with coconut and drill corn.

Pantai Zakat
donut or tyre??
Gorengan Seafood
Tapak Paderi connects to Pantai Zakat, a play area. Beside banana boat, I recommend to play with the tyre. It makes you move with the wave. I don't know what exactly people call it, but I and my friends called 'main ban'. If getting hungry, you can try seafood fries, the sellers walk around the beach.

Danau Dendam Tak Sudah
Lake view
Located on Danau St and about 15 minutes drive from Simpang Lima. Dendam Tak Sudah Lake is preservation area.

Fisherman's boat
Beside for fishing activity, the boats can be hired to Pulau Tikus. Just praying, no life jacket at all. The rate is negotiable, about Rp300.000-500.000/boat return and boat owner will wait as long as you at the island.

Pantai 'Mami'
Located near the port Pulau Baai, I n my friends called this Pantai 'Mami' because it's next to prostitution area. This is the best place to relax and float. My bule friends prefer this beach to Pantai Panjang.




 




Monday, March 14, 2011

Bandung Kurang dari 24 Jam

Jumat, 25 Februari 2011
Memanfaatkan waktu yang tinggal sehari di Jakarta saya melaju ke Bandung bersama travel Baraya seharga Rp50.000 dari daerah Ciputat. Wow, perjalanan kali ini memperlihatkan banyak perubahan bagi saya yang datang ke Bandung terakhir itu tahun 2007 (pastilah yaa...), terutama nih tempat-tempat peristirahatan yang ada di jalan tol menuju Bandung.

Kurang lebih dua jam perjalanan akhirnya membawa saya turun di daerah Dago, di seberang jalan yang ada tulisan D A G O, yang dulu belum ada. Karena alat untuk bekomunikasi saya hilang, maka saya berencana mencari telepon umum atau wartel. Berjalanlah saya sampai ke simpang Sekeloa, daerah tempat kost anIsni, teman saya. Heran bin bingung ternyata telepon umum sudah tidak ada yang berfungsi lagi, bahkan wartel pun sudah jarang keberadaannya. Saya masih bisa melihat wujud telepon umum di dekat kampus UNPAD tapi wassalam begitu hendak digunakan. Harusnya saya memberanikan diri pinjam hp penumpang lain waktu di jalan tadi, tapi segan...:(

Siang itu saya akhirnya menemukan wartel yang menyatu dengan tempat jasa pengiriman barang. Sambil menunggu karena tempatnya tutup selama karyawannya sholat jumat, saya pun memberanikan diri pinjam hp-nya tukang parkir. Yes, kurang dari 5 menit saya sudah 'diangkut' Isni ke tempat kostnya.

Tujuan pertama kami hari itu adalah BEC. Setelah mendapatkan hp baru, Isni meninggalkan saya dan saudaranya, Echa, karena dia harus bekerja. Jadi setelah keliling BEC sebentar dan membeli flasdisk kami pun makan siang di daerah Taman Sari, saya kangen sekali nasi timbel. Selesai makan saya mengajak Echa jalan ke daerah Ledeng, tidak ada alasan khusus, sih, hanya kepikiran saja mau ke sana. Isni sudah ada motor sekarang, jadi tidak repot lagi kalau mau kemana-mana.

Sedikit melewati kampus Universitas Pendidikan Indonesia, motor kami putar balik, lalu jalan melewati Cihampelas dan berhenti sesaat di tengah-tengah jembatan Suropati. Bandung tetap ngangenin buat saya walaupun sekarang suasana kotanya sudah macet seperti Jakarta. Tapi sepanjang hari itu Bandung mendung dan sedingin seperti yang selalu saya bayangkan. Dari sini saya mengajak Echa melihat-lihat ke dalam Pusat Belanja Balubur yang ternyata belum begitu ramai, masih banyak kios yang kosong. Pasar Balubur yang  dulu, sudah tidak ada lagi, padahal dulu saya pernah belanja sayur dan alat-alat tulis.

Dari sini saya minta diantar ke warnet sambil menunggu Echa yang mau ke rumah temannya. Rencananya malam ini saya dan Isni akan jalan malam.

Setelah sempat tidur sesaat sambil menunggu Isni pulang, kami langsung cabut ke Stasiun Bandung, saya ingin sekali mencoba perkedel bondon. Bushet... mau makan perkedel saja harus ambil nomor antrian, dan lumayanlah dapat nomor 19. Semakin malam yang datang malah semakin ramai. Perkedel bisa dipesan untuk dibawa pulang atau makan di sana sebagai lauk, soalnya tempat ini adalah warung makan yang bukanya hanya malam hari. Emang enak sih perkedelnya,  mungkin karena selain racikan, juga masaknya di atas bara api, apalagi ketika dicocol sambalnya. Malam itu kami hanya membeli 15 buah seharga Rp15.000. Makan sekitar 3 biji saja sudah membuat saya kenyang.

Dari sini Isni mengajak saya ke daerah Gedung Merdeka. Saya baru tahu kalau daerah ini ramai pada malam hari karena banyak dijadikan tempat foto-foto. Sayang, karena fotonya cuma pakai kamera hp, hasinya kurang memuaskan:(

Puas foto-foto, kami segera beranjak mencari makan tengah malam. Melewati Jalan Braga yang ternyata sepi, akhirnya kami sampai di tempat makan yang ada di daerah Jalan Riau. Baru kali ini saya menikmati supper di Bandung.

Sabtu, 26 Februari 2011
Rasanya dalam seminggu ini, baru pagi ini saya bangun dari tidur yang sangat enak... Always feel like at home in Bandung...

Pagi itu setelah sarapan lontong sayur pakis di daerah Dipati Ukur, dan mampir ke Kartika Sari, Isni mengantar saya ke loket bis Primajasa di parkiran Bandung Super Mall. Ada yang bilang tarif Primajasa ke Bandara Soekarno-Hatta hanya Rp50.000 tapi hari itu tarifnya Rp75.000, dapat sebotol kecil air mineral.

Bandung menutup perjalanan saya selama satu minggu ini.















Tuesday, March 8, 2011

Singapore for The First Timer

Dari KL saya dan seorang teman meneruskan perjalanan ke Singapura menggunakan bis KBES dengan modal $150 ($100 saya bawa dari Indonesia dan $50 saya tukar di Singapura) dan tiket pulang ke indonesia seharga $28.

Senin, 21 Februari 2011

Woodland Checkpoint, Little India, dan Bugis
Hampir tengah malam kami tiba di Woodland Checkpoint, imigrasinya Singapura. Semua penumpang turun dengan membawa seluruh barang bawaan. Bis tidak akan menunggu, tapi tiket masih bisa digunakan untuk bis yang sama yang lewat berikutnya. Sebelum menghadap petugas, jangan lupa mengisi kartu kedatangan dan kepulangan di counter kartu. Berbeda dengan pesawat, bis tidak menyediakan kartu tersebut.

Memang banyak yang bilang kalau baru pertama kali datang ke Singapura akan banyak ditanyai macam-macam oleh petugasnya. Hal itu sempat terjadi kepada saya, tapi tidak separah teman saya yang sampai harus dibawa ke ruangan petugas hingga menyebabkan kami ketinggalan bis. Saya sarankan untuk mencatat alamat tempat tinggal kita selama tinggal di sebuah negara, walaupun tidak akan tinggal di sana. Ini penting untuk mengisi kartu isian imigrasi. Untuk kasus saya, petugas tidak pernah bertanya mendetil soal itu, tapi untuk jaga-jaga saja.

Tengah malam, dingin, tidak kenal siapapun, dan tidak tahu mesti kemana, membuat kami sempat kebingungan, sampai akhirnya saya memutuskan ke daerah Little India dengan pertimbangan di sana banyak penginapan murah (budget hotel) dan sesuai dengan alamat yang saya tulis di kartu. Bis yang kami tumpangi dari Malaysia seharusnya membawa kami ke loketnya di Beach Road, tapi dari checkpoint ini penumpang bisa bebas melanjutkan perjalanan. Niat awal saya, biarlah malam ini kami bermalam di loket, sehingga bisa berhemat. Lalu kami bertanya soal bis kami kepada seorang bapak yang sedang duduk sendiri seperti juga sedang menunggu bis, dan jawabannya adalah bis kami baru akan lewat lagi besok subuh dan tiket yang ada sudah tidak berlaku lagi.

Kami melihat ada beberapa orang yang juga menunggu bis, tapi ragu untuk bergabung karena tidak tahu mau naik bis apa. Lalu mondar-mandir sebentar mencari orang yang tepat yang bisa ditanyai, kami pun melihat ada telepon umum, sayangnya tidak ada koin. Tadinya saya berencana menelepon beberapa penginapan untuk pesan kamar, takutnya sudah datang malah penuh. Beginilah jadinya kalau tidak punya credit card, karena kebanyakan penginapan di sini menerima online booking.

Mungkin karena masih melihat kami kebingungan, bapak tadi masih berusaha membantu kami dengan menyarankan bis yang harus kami naiki kalau memang mau ke LI. Setelah reconfirm kepada petugas yang mencatat setiap bis lewat, kami pun akhirnya mengikuti saran bapak itu. Kami naik bis yang sama dengannya, #170 ke terminal bis Queen Street dengan membayar ongkos $2. Masukkan uang ke kotaknya, maka  tiket berukuran kecil akan keluar. Walah, walaupun jalanan sepi, lampu lalu lintasnya tetap menyala seperti biasa, dan supir bis pun patuh serta tidak ngebut. Saya mencoba membuka peta penginapan yang saya bawa, ternyata memang cukup dekat dengan Queen St. Saya yang tadinya sempat su'udzon langsung berubah 180 derajat terhadap bapak itu.

Sampai di terminal bis, bapak itu menawarkan bantuan mengantarkan kami ke daerah LI sambil dia berjalan pulang. Sebenarnya saya tidak tahu daerah Little India seperti apa, saya hanya tahu bahwa penginapan yang saya inginkan ada di daerah itu. Modal saya hanya alamat dan nomor telepon. Bisa saja saya naik taxi langsung ke sana, tapi karena pertimbangan ketersediaan kamar saya lebih rela berjalan mencari sendiri, tho saya sudah berada di daerah yang benar.

Saya lupa saya ada di jalan apa, mungkin Sungei Rd. atau Jalan Besar, pokoknya setelah itu kami mulai bergerilya mencari penginapan. Saya ingin di InnCrowd Hostel di Jl. Dunlop, sesuai alamat yang saya tulis dan rekomendasi dari hasil riset selama belum berangkat, tapi kalau tidak ketemu ya tidak apa-apa yang penting tempatnya layak, baik secara budget maupun kebersihan. Saya kurang sreg dengan penginapan yang kami datangi pertama kali, entahlah mungkin karena saya tidak ingat ini direkomendasikan atau atau tidak, atau melihat tempatnya yang tidak nyaman. Lalu kami kembali menyusuri jalan, mungkin Perak Rd. karena ada Footprints Hostel di sana. Sayang penuh kalau untuk besok malam. Ada sih, tempat tidur kosong malam itu (karena saya memilih dormitory room) tapi kami harus check out besok pagi. Akhirnya kami memutuskan mencari tempat lain, tapi tidak lupa mengambil beberapa brosur yang ada, terutama peta Singapura. Hostel ini memang menjadi salah satu alternatif saya sehingga tahu bahwa InnCrowd ada di dekat sini. Agak susah malam itu kami menemukan ICH walaupun sudah berada di Jl. Dunlop karena palangnya tidak terlalu terlihat, ternyata ada tepat di sebelah toko makanan tempat kami bertanya, sayang sudah penuh bahkan untuk besok malam. Pilihan terakhir saya adalah ABC Hostel di Jl. Kubor.

Kami terus berjalan dan akhirnya masuk ke toko makanan untuk menukarkan uang koin. Waktu kami bertanya soal telepon umum dan Jl. Kubor, 2 orang India yang kami temui tidak tahu, tapi begitu saya tanya Jl. Arab, baru mereka bisa mengarahkan kami, dibantu bapak-bapak bertampang oriental yang baru datang dengan sepedanya. Bapak ini juga tahu Jl. Kubor. Di sini sempat terbersit rasa aman berada tengah malam di negeri orang, apalagi ketika orang India yang lebih tinggi menawarkan handphone-nya karena di dekat sini tidak ada telepon umum, tapi saya tolak karena segan.

Lucunya, walaupun sudah berputar-putar, kami tidak menemukan Jl. Arab, malah bertemu lagi dengan kedua orang India tadi yang sedang makan di bawah pohon, entah di jalan apa itu. Dia menegur dan datang menghampiri, dan dari nada bicaranya, saya menangkap rasa kasihan, apalagi kepada saya yang perempuan. Di sinilah akhirnya saya menerima kebaikannya, setelah temannya seperti mendesak agar meminjamkan hp kepada kami. Akhirnya saya berhasil booking tempat di ABC Hostel untuk malam besok.

Karena baru bisa check in jam 12 siang, saya memutuskan untuk ke sana berjalan kaki santai saja sambil menikmati kesunyian kota dan sempat duduk sejenak dipinggir jalan. Di tengah perjalanan teman saya melihat masjid, tapi gelap dan tampaknya tidak biasa dijadikan tempat para musafir beristirahat. Kami terus berjalan sampai akhirnya menemukan Jl. Victoria. Aha! Lampu di kepala saya menyala, teringat hasil riset bahwa daerah ini berdekatan dengan North Bridge Road. Di sana ada Backpacker Cozy Corner Guesthouse,  penginapan yang awalnya ingin saya tempati. Segera peta dibuka. Di situasi inilah saya bisa merasa bangga dengan diri saya karena melakukan beberapa riset sebelum pergi dan ternyata mempunya kemampuan membaca peta lebih baik.

Melihat tempatnya yang berada di lantai 2 teman saya ragu, tapi akhirnya kami menginap di sana 2 malam dengan tarif $85 untuk 2 orang dengan 1 tempat tidur bertingkat. Dengan alasan bahasa, teman saya agak keberatan kalau harus tidur terpisah dari saya dan bercampur dengan orang lain. Awalnya kami hanya ingin mengambil 1 malam karena merasa rugi, tapi dengan pertimbangan kondisi badan dan potongan $5, akhirnya keputusan berubah.

Secara lokasi, penginapan ini sangat strategis, kebersihan kamar lumayan, dan saya juga tidak keberatan dengan sarapan yang hanya menyediakan roti tawar yang bisa dibakar sendiri, mentega, selai, serta kopi dan teh yang bisa diseduh sendiri. Yang membuat kurang sreg hanyalah letak ruang makan yang berdekatan dengan bilik-bilik mandi, sehingga bisa mendengar bunyi-bunyian dari dalam sana, tapi kemaren untungnya tidak ada yang lagi beraktifitas di kamar mandi waktu kami sarapan...:)

Selasa, 22 Februari 2011

Pulau Sentosa, Vivo City, Orchard Rd., Chinatown, City Hall (Esplanade, Merlion Park, Marina River, Anderson Bridge), dan Bugis
Setelah sarapan roti bakar, tidak lupa saya mengisi botol dengan air  kran, tujuan pertama kami adalah Pulau Sentosa. Dari penginapan tinggal jalan kaki saja ke stasiun MRT Bugis yang ada di  dalam Bugis Junction. Setelah membeli EZ-Link seharga $12 yang bisa digunakan untuk bis maupun MRT, kami pun mulai berbaur dengan penumpang lain. Sama seperti di KL, tiket MRT juga bisa dibeli lewat mesin. Wow, sempat kaget juga karena semua orang sepertinya berjalan cepat dan terarah, yang menuju kereta berjalan di kiri dan kanan dekat tembok, dan yang keluar berjalan di antaranya. Kami sempat bingung harus naik MRT ke arah mana karena tidak ada petunjuk ke Pulau Sentosa, saya hanya tahu harus ke Harbourfront. Akhirnya kami meminta bantuan seorang pria yang tadinya sedang membantu orang lain. Ketika kami sedang melihat papan petunjuk rute, kami dihampiri seorang ibu yang seperti petugas di sana, yang ikut memastikan arah tujuan kami. Jadi dari MRT Bugis kami akan transit di MRT Outram Park lalu turun di stasiun MRT Harbourfront.

Dari harbourfront kami memutuskan naik cable car ke Pulau Sentosa karena tidak kesampaian waktu di Genting kemarin. Harganya lumayan mahal, $24 one way, dan $26 return. Kami memilih one way dan kembali dengan kereta. Dari sini juga bisa dengan kereta dan lebih murah, $3 pp. Tapi kan, naik kereta sudah saban hari, mau juga dong, merasakan pengalaman lain.

Turun di stasiun cable car kami harus melewati sebuah toko untuk masuk ke  arena bermain. Kalau hanya sekadar berjalan untuk menikmati suasana yang ada, itu semua bisa dilakukan dengan gratis, tapi kalau mau masuk ke arena tertentu seperti Universal Studio atau Casino, ya harus baris dulu di depan loket (tahu maksudnya, kan?:))

Karena membutuhkan waktu seharian kalau mau main di US, kami hanya menikmati suasana di luarnya saja. Lumayan banyak spot bagus kok, yang paling favorit tentunya di depan bola bundar US itu lha... harus sabar kalau mau dapat moment bagus dan benar-benar sendirian berdiri di depannya :).  

Puas di sini, kami kembali dengan bis ekspres yang gratis. Bis ini mengantarkan kami ke Vivo City, sebuah pusat perbelanjaan. Walaupun selalu berada di pusat perbelajaan, entah kenapa saya tidak pernah punya keinginan belanja selama trip ini. Saya akhirnya sadar bahwa di manapun stasiun MRT atau bis yang saya naiki atau turun, pasti semuanya berada di dalam atau di dekat tempat belanja.

Dari sini perjalanan dilanjutkan ke Chinatown, sayang kami sempat salah masuk stasiun, akibatnya membuang jatah deposit EZ-Link  Keluar dari stasiun MRT Chinatown kami lansung melihat-lihat dan mampir ke beberapa toko. Kebiasaan yang  langsung membandingkan harga ke dalam rupiah, niscaya akan membuat kita tidak akan membeli apapun dari sini. Banyak barang-barang unik yang dijual per paket (istilah saya) seperti $10/3 item  atau $5/3 item untuk asesoris, gantungan kunci, dan pernak-pernik lainnya tinggal pilih-pilih dan lihat kualitasnya. Waktu sedang makan siang di KFC (tanpa nasi), tiba-tiba saya kehilangan kamera, saya teringat itu ketinggalan di counter tempat saya menukarkan uang tadi. Langsung saya berlari ke sana, dan rupanya disimpan sama orang money changer-nya.

Dari Chinatown kami lanjut dan turun di MRT Orchard. Saya lupa, apakah waktu masih di Chinatown atau di Orchard, kami sempat panik karena EZ-Link tidak bisa digunakan, lalu kami pergi ke counter informasi, ternyata deposit kami kurang dan harus menambah minimal $10. Kami hanya melihat sekenanya saja isi mall, lalu keluar dan berfoto di bawa tulisan Orchard Turn. Kemudian saya mengajak teman saya untuk mencoba bis 2 tingkat, #7. Tidak tahu bis ini akan melewati tempat apa saja walaupun ada peta rute di tiap halte, tapi yang pasti melewati Botanic Garden dan akhirnya berhenti di stasiun bis Clementin. Dari sini kami kembali naik kereta dengan tujuan Merlion Park. Seharusnya kami turun di stasiun MRT Raffles Place, tapi karena lupa saya mengajak turun di stasiun MRT City Hall. Dalam perjalanan keluar dari stasiun saya sempat membaca tulisan Marina Square di tempat ini. Saya juga melihat ada sedikit keramaian di sebuah toko, ternyata ada diskon, cobalah saya ke masuk, dan akhirnya BELANJA!

Karena sore itu hujan, kami berteduh sebentar di halaman depan mall yang ada kincir air besar sambil celingak-celinguk mencari patung ikan berkepala singa, tapi tidak juga kelihatan. Lalu kami bertanya kepada orang di dekat kami, herannya mereka tidak tahu. Mungkin mereka juga turis, pikir saya. Lalu bertanya kepada pria yang memakai seragam restoran atau toko roti, malah mengaku tidak bisa Bahasa Inggris. Mulai penasaran, kami turun ke halte bis, yang ada di Raffles Rd., ternyata tidak juga terlihat, sampai akhirnya bertanya kepada seorang pria yang lewat.

Ketika kami mengikuti arah yang ditunjukin oleh si pria tadi, kami malah bertemu dengan gedung beratap seperti kulit durian yang dikenal sebagai Esplanade. Karena hujan masih lumayan deras, kami berhenti sesaat di dekat pintu masuk ruangan bawah tanah. Tadinya kami pikir itu pintu ke stasiun MRT, tapi kok sepi. Lalu kami mencoba turun dan ternyata membawa kami ke dalam bangunan Esplanade Theater. Di dindingnya banyak terdapat poster nama-nama pengisi acara dan jadwal-jadwal pertunjukan. Kami juga melihat beberapa orang yang membawa alat musik, mungkin akan latihan.

Begitu keluar kami langsung melihat panggung pertunjukan outdoor yang berdiri di pinggir sungai. Ada banyak orang di sini yang sedang duduk-duduk sambil berteduh dari hujan, dan juga yang sedang foto-foto dengan latar belakang bangunan unik seperti perahu yang disanggah oleh 3 buah tiang, yang katanya adalah casino dan ArtScience Musium di Marina Bay Sand. Sambil masih bertanya-tanya di mana sebenarnya si Merlion berada, akhirnya kami menyadari dan melihat dari kejauhan bahwa si patung ada di dalam sebuah kotak. Yup, sedang di-service.

Ketika hujan mulai reda kami berjalan mendekati patung dengan menyusuri Esplanade Drive. Makin sore tempat itu makin ramai. Untuk mengobati rasa kecewa karena si singa sedang'dikandang' para pengunjung, termasuk saya cukup puas dengan berfoto di dekat duplikat Merlion yang ada di bagian belakangnya.

Di sini kami mencoba mengelilingi Marina River menggunakan Singapore River Cruise seharga $15 untuk 30 menit. Selama di atas perahu petugas akan memutarkan rekaman mengenai tempat-tempat yang dilewati, dan telinga saya menangkap backsound lagu Rasa Sayange di dalamnya. Selain memanjakan mata menikmati bangunan-bangunan unik, bersejarah dan terkenal, kami juga melihat patung anak-anak yang sedang melompat ke sungai. Waktu sedang menunggu giliran naik perahu saya sempat bertanya soal Henderson Bridge, yang juga dikenal sebagai Henderson Wave kepada petugas di loket.

Puas di dekat Merlion, kami berjalan ke arah The Fullerton Hotel, melewati Anderson Bridge, dan bersantai di taman dekat Victoria Theater, lalu kembali ke pinggiran sungai di dekat Esplande, menunggu moment, saat-saat ketika matahari tenggelam dan semua lampu menyala, khusunya laser yang berasal dari atas casino. Sayang, dengan kamera dan kemampuan fotografi yang ada, sangat sulit bagi saya mendapatkan gambar-gambar bagus. Sore itu kami juga banyak melihat bahwa selain sebagai tempat kumpul dan bersantai, daerah ini juga banyak dipakai sebagai tempat jogging.

Sudah merasa cukup di sini, kami memutuskan kembali ke penginapan di daerah Bugis dengan berjalan kaki. Dari perjalan ini kami jadi tahu bahwa ke Marina Bay dapat ditempuh lewat darat. Setelah bersih-bersih dan makan di bawah penginapan yang memang banyak penjual makanan, saya mencoba menyeberang melihat isi Parco Bugis Junction. Sayang malam itu sudah banyak yang bersiap tutup dan karena belum mengantuk, saya mencoba fasilitas internet yang ada di penginapan.

Rabu, 23 Februari 

Henderson Waves, Little India, Mustafa Center, dan Changi Airport
Pagi ini tujuan pertama adalah Henderson Wave, jembatan dengan bentuk bergelombang yang memang menjadi salah satu tujuan utama saya datang ke Singapura. Setelah sempat browsing semalam saya jadi tahu bahwa jembatan itu berada di Mount Faber Park. Dari penginapan kami bisa langsung naik bis #145 atau kereta ke stasiun MRT Harbourfront.

Saya lebih memilih naik bis, bosan naik MRT terus. Tidak seperti di Malaysia, si sini semua kereta ada di bawah tanah. Di dalam bis yang melewati Vivo mata saya mulai celingukan mencari tulisan Mount Faber Park. Lalu karena saya pikir tempatnya pasti tidak jauh dari Vivo maka saya pun berhenti di halte yang tidak jauh dari sana dan bertanya kepada orang yang kami jumpai, ternyata dia tidak tahu karena baru datang. Lalu kami mencoba berjalan ke arah Vivo dan bertanya kepada petugas keamanan, dia jawab masih jauh. Dan kami kembali ke arah halte terdekat dan bertanya lagi kepada petugas kebersihan di sebuah gedung, dia juga bilang masih jauh dan menyarankan naik bis. Di halte saya mencoba memastikan lagi kepada penjual minuman. Yup, ternyata dari tadi saya sudah naik bis yang benar. Di dalam bis saya mencoba memastikan tujuan saya kepada supir, menyesal kenapa tidak dari awal begini! Dan walapun taman ini ada di Henderson Rd, tapi berhentinya di halte Henderson Rd. yang kedua yang tepat berada di tangga menuju lokasi. Mungkin karena hari kerja, hanya beberapa orang saja yang tampak sedang berlari pagi. Di sini saya melihat bahwa negara ini tidak sebersih yang diceritakan, ada beberapa sampah tertinggal di sini, tapi pagi itu kami melihat mobil yang sedang membersihkan jalan.

Selesai menikmati pagi dari atas jembatan, kami beranjak menuju Little India. Dengan kemahiran membaca petunjuk peta, saya memutuskan naik bis (lupa nomor bisnya) dan berhenti di halte Serangoon Rd. (ditulis S'goon Rd.) dekat Tekka Center, tempat belanja yang banyak menjual pernak-pernik India. Karena sebagian besar toko masih tutup kami memutuskan sarapan dulu, dan chicken rice-nya tidak seenak yang saya coba di KL. Tempat makan kami persis berada di depan G4 Station Hostel. Dengan memperhatikan sekeliling saya pun menyadari bahwa malam kemarin kami sangat dekat ke daerah ini.

Setelah sarapan kami mulai menyusuri jalan-jalan di daerah Little India ini. Semuanya berbau India, orang-orangnya, aroma rempah-rempah yang khas, pernak-pernik, dan bahasa. Waktu sedang melihat-lihat ke dalam Sri Veeramakaliamman Temple, saya bertemu dan akhirnya berkenalan dengan seorang turis dari Jerman yang katanya sedang menuju Mustafa Centre. Saya hampir lupa tentang tempat ini. Sekalian saja, setelah saya membantunya 'membaca' peta kami bergabung menuju ke sana. Saya sih, sekadar ingin tahu saja tempatnya, tidak untuk belanja walaupun katanya murah-murah. Setelah melihat-lihat sekilas, kami  berdua berpisah dengan turis Jerman itu. Dia masih ingin melihat-lihat sedangkan kami harus segera ke bandara, ditambah kami masih harus mencari posisi stasiun MRT Little India. Stasiun ini ada di jalan Buffalo Road. Lucu deh, selain ada Buffalo Rd. juga ada Kerbau Rd. di sini.

Kurang lebih 3 hari menjadi turis asing di sini mengajarkan saya bahwa TIDAK USAH MALU DAN RAGU keliling-keliling sambil membawa PETA, baik peta negara/kota Singapura maupun peta rute MRT.

Menuju Changi Airport, kami harus transit di stasiun Tanah Merah. Baru ini saya merasakan stasiun kereta di tempat terbuka. Dan sama seperti di KL, walaupun ada di tempat terbuka dan ada AC untuk yang berada di bawah tanah, masih saja dipasang kipas angin di beberapa stasiun yang saya singgahi. Nah, kembali linglung begitu tiba di Changi Airport hehhehe... Susah sekali rasanya menemukan stasiun skytrain yang akan mengantar kami ke terminal 1, bahkan sempat naik-turun lift dan bertanya kepada  beberapa orang yang kami temui. Jadi, begitu naik lift ke lantai paling atas langsung jalan terus ke kiri, nanti akan jelas terlihat petunjuk arahnya. Dari gedung bandara ini penumpang yang ke T1 akan diantar gratis dengan skytrain. Lalu silahkan temukan counter maskapai penerbangan kita untuk check in. Waktu itu kami menggunakan Value Air yang merupakan bagian dari JetStar yang ada di counter 3. Oiya, dengan harapan akan kembali lagi ke sini, kami pun tidak meng-UANG-kan kartu EZ-Link kami.

Setelah melewati imigrasi, kami berkeliling sebentar menikmati ruang tunggu bandara yang hampir seperti mall. Suasananya memang nyaman sekali untuk menunggu. Selain toko-toko dan restoran, di sini juga ada fasilitas internet, cas hp yang tersimpan di dalam kotak-kotak yang ada kuncinya, keran air minum, dan lantai berkarpet kalau memang ingin tidur-tiduran. 

Sore itu pesawat kami delay sekitar setengah jam, tapi uniknya kami baru tahu setelah berada di dalam pesawat, lalu kami juga memperhatikan bahwa pesawat harus mengantri untuk lepas landas. Walaupun tidak terlalu lama, selama menunggu penumpang disuguhkan muffin dan setengah gelas air putih.

FYI, uang saya hanya tersisa 35 cents ($1=6900-an)...:( 

Evidence