Sunday, March 4, 2012

Fully Saturday

Sabtu 3 Maret 2012

Diawali bangun pagi dan langsung berangkat ke Sabuga untuk berenang bersama beberapa teman. Karena pagi itu bagi saya terasa lebih dingin dari minggu sebelumnya, maka kami tidak terlalu lama di sana. Setelah makan di dekat pintu masuk kami berjalan pulang ke arah Jl. Siliwangi. Di tengah jalan kami berpisah karena saya berdua seorang teman, dan dua orang teman lainnya berbeda arah tempat tinggal. 

Ketika sedang bejalan menuju tempat angkot, tanpa sengaja saya berdua teman menemukan tempat yang sepertinya asyik untuk dijadikan objek (latar belakang) foto. Tidak tahu namanya apa, tapi saya sempat membaca kata Babakan Siliwangi di sana.

Selesai dari sini dan pulang ke kosatan masing-masing, berjanji ikut teman saya ini yang akan pergi ke Musium Geologi di Jl. Diponegoro dengan seorang teman sekelas kami.

Jam 10 lewat kami janjian ketemu di dekat jalan layang pasopati dan naik angkot Cicaheum - Ledeng menuju musium. Wow... banyak bus berjejer di depan musium yang ternayta membawa rombongan anak sekolah yang bahkan ada yang berasal dari luar kota. Mereka sepertinya ditugasi untuk mencatat hal-hal yang bekenaan dengan fosil dan batu.

Puas di sana, saya mengajak teman-teman saya yang belum mengenal Bandung ini, makan dan minum di Yoghurt Cisangkuy yang ada di Jl. Cisangkuy, tinggal menyeberang dari Musium Gelogi. Cukup, siang itu saya sangat kekenyangan.

Dari sana kami perpisah, mereka nonton ke BIP dan saya menghadiri (untuk pertama kalinya) Couchsurfing Gathering yang diadakan oleh CS Bandung. Tempatnya di Reading Lights, Jl. Siliwangi No. 16, dekat simpang Gandok. Tadinya saya pikir tempat ini seperti perpustakaan yang bisa meminjam atau membeli buku, ternyata mereka hanya menjual buku-buku ber-Bahasa Inggris dengan konsep toko dan cafe. So, tidak heran ada beberapa orang yang selain membaca juga sedang ngobrol sambil makan dan ber-Wi-fi.

CS Gathering-nya tidak terlalu berkesan buat saya. Hanya kenalan dan beberapa yang bercerita tentang pengalamannya. Ririe, sebagai host dan ambasador, cukup baik buat saya. Di luar itu ada beberapa orang yang tampaknya sudak kenal, mereka berkelompok dan ngobrol masing-masing.

Sekitar jam 3.15 saya pamit pulang duluan karena masih ada janji sama teman-teman lagi untuk menemani saya melihat-lihat laptop di BEC. Banyak pilihan yang membuat saya bingung memilih.

Di sana kami sampai magrib. Setelah dinner dengan nasi goreng yang ada di pinggir Jl. Purnawarman, kami berpisah ke kostan masing-masing.

 

Bakso dan Risoles

Jumat tanggal 2 Maret 2012 kemaren, saya penasaran mencoba bakso Panghegar yang ada di persimpangan Jl. Pager Gunung dan Jl. Hasanudin, Bandung. Tempatnya seperti wareng makan biasa, ada gerobaknya, tapi tiap lewat kok ramai terus. Saya suka curiga sama tempat-tempat makan yang biasa saja tapi ramai, curiga enak, maksudnya.

Bermodalkan rasa ingin makan bakso sebagai santapan makan siang, maka mampirlah saya dan pesan bihun bakso, tanpa pecin, dan pakai ceker. Setelah menunggu sebentar, maka datanglah pesannya saya... shruuuuppp... emang highly recommended!!! Di mejanya, selain sambal, kecap dan teman-temannya, ada mangkuk plastik sebagai tempat tulang cekernya.


Sorenya, pulang kuliah, saya kembali memenuhi rasa penasaran saya terhadap makanan, dan kali ini yang dijual adalah risoles dan gehu. Pasti biasa, dong ya, sama makanan itu, selain banyak yang jual, bentuknya juga pasti sudah ketahuan. Tapi... tidak tahu kenapa tukang risoles dan gehu yang ada di dekat kostan saya ini selalu ramai. Pembeli pada sabar menunggu tukangnya menggoreng.

Beberapa hari sebelumnya saya pernah mendekat karena ingin tahu apa yang dijual. Dan sekarang merasa harus beli karena pembeli yang menunggu lumayan sepi, jadi tidak akan terlalu lama mengantri.

Saya sengaja membeli masing-masing satu untuk setiap variant yang ditawarkan: risoles original, keju, dan pedas yang masing Rp2000, serta gehu pedas Rp3000. Harganya memang sebanding dengan ukurannya.
Saya sedikit kecewa ketika tahu makanan itu tidak dilengkapi cabe rawit atau sambal cocol, dan ketika saya tanya, mamangnya hanya bilang bahwa gehu dan risoles yang pedas, rasanya sudah lumayan pedas. Let's prove it!!! 

Hasilnya: sama saja sama risoles yang biasa (menurut saya), wortel dan kentang sebagai isinya tidak banyak, hanya ada tanbahan potongan kecil telur rebus dan sepotong kecil (sekali) daging. Dan, rasa pedas hanya bisa saya rasakan di gehu.

Bagi yang mau mencoba, silahkan datang ke ke pertigaan Jl. Taman Sari dan Jl. Sulanjana, ada di tengah-tengah antara BLCI dan Indomaret.