Saturday, May 19, 2012

Bandung Lautan Api 2012

Longweekend bulan Maret kemaren saya dan beberapa teman dari komunitas Couchsurfing Bandung berpartisipasi dalam kegiatan dalam rangka memperingati peristiwa Bandung Lautan Api. Dari kegiatan ini saya jadi tahu bahwa peristiwa itu terjadi pada 24 Maret 1946.

Jadi, dalam kegiatan itu semua peserta yang dibagi dalam grup yang terdiri dari 10 orang harus melakukan napak tilas dengan berjalan kaki ke tempat-tempat yang berhubungan dengan peristiwa tersebut. Tempat-tempat tersebut di tandai dengan semacam tugu kecil berbentuk limas segitiga yang disebut dengan istilah stilasi. Sisi pertama ada tanda bahwa bangunan itu adalah stilasi, sisi kedua ada peta lokasi kesepuluh stilasi, dan yang ketiga sponsor utama pembangunan stilasi pada zaman dulu, yaitu American Express.

Ada 10 stilasi, dan kami berjalan dari stilasi 10 di Tegalega sampai stilasi 1 di Dago. Sayangnya baru stilasi 10 saja yang diperbaiki oleh pemerintah Kota Bandung, sedangkan stilasi yang lain kondisinya sangat memprihatinkan dan banyak bagian yang hilang, serta masyarakat sekitar tampaknya tidak menyadari bahwa ada bangunan bersejarah di dekat mereka.

Buat saya yang bukan orang Bandung, ini adalah salah satu cara mempelajari sejarah secara tidak langsung. Sebelum berangkat ke stilasi pertama kita dikasih clue dalam 10 amplop tertutup yang harus kita tandai sesuai dengan nomor urutan stilasi. Nanti amplop-amplop itu di serahkan kepada petugas yang ada di tiap-tiap stilasi yang juga dijadikan check point. Kalau bukan berpatisipasi dalam kegiatan ini, rasa-rasanya entah kapan saya mau berjalan kaki dari Lapangan Tegalega sampai Monumen, lalu malamnya jalan kaki lagi ke Punclut buat berkemah.

Besok paginya kita, setelah sarapan, kita jalan kaki lagi sambil mungutin Raja Rama V (Raja Chulalonkorn) dan Raja Rama VII (Pradjathipok Pharaminthara) sampah ke Babakan Siliwangi melewati Curug Dago, sekalian penutupan acara dan pengumuman pemenang. Di Curug dago ada sebuah bangunan kecil seperti saung yang konon katanya peninggalan Raja Rama V (Raja Chulalonkorn) dan Raja Rama VII (Pradjathipok Pharaminthara) dari Thailand. Waktu itu tidak bisa ke sana karena jalan menuju ke tempat itu tidak ada, kalau pun mau mencoba sangat berbahaya.


Stilasi 10, di Tegalega

Stilasi 9 ada di depang gang kecil yang ada di sebelah kampus Universitas Pasundan. Tidak sempat diphoto karena tidak seperti yang lain, stilasi ini ada atas tembok.

Stilasi 8, di halaman sebuah SD
Bandingkan dengan sponsor yang sekarang, di mana mereka menempelkan lempengannya (lihat stilasi 1).

Stilasi 7, di sampingan lapangan voli sebuah komplek perumahan

Stilasi 6, di Jl. Dewi Sartika

Stilasi ini persis di trotoar di depan toko pakaian, dan di hari-hari biasa, oleh si penjual minuman dijadikan tempat menaruh barang dagangannya. 

Stilasi 5, di dalam sebuah Gang di Jl. Dewi Sartika

Stilasi 4, di dalam pagar sebuah show room motor yang ada di jalan di belakang McD King Shopping Center

Stilasi 3, di Jl. Asia Afrika, di halaman sebuah gedung di depan Masjid Raya Alun-Alun, Bandung

Stilasi 2, di Jl. Braga

Stilasi 1, di Jl. Ir. H. Djuanda, Dago, di taman trotoar depan Bank BTPN
Di setiap stilasi, ada panitia yang merupakan tempat kita menyerahkan amplop, lalu kita diberi stiker dan akan dicatat jam berapa kita tiba di sana dan berangkat dari sana. Selain itu, mereka juga ditemani oleh dua atau tiga orang veteran. Mereka kita salami dan ada beberapa yang bercerita tentang pengalamannya selama masa perang. Terharu sekaligus bangga.