Thursday, August 8, 2013

Naik Gunung dan Nyelam Bebas

Dari semua icon gunung di Indonesia, Krakatau adalah salah satu yang ingin saya daki. Kesempatan itu datang bersamaan dengan open water (ow) bareng anak-anak Bandung Freediving (BFD). Hari itu juga adalah hari terakhir ujian, saat yang tepat buat refreshing.

Kita berangkat dari terminal Leuwi Panjang pada malam hari dan subuh sampai di pelabuhan Bakaheuni. Dari sini kita naik angkot carteran sekitar 1 jam ke Dermaga Canti untuk naik perahu (nelayan) ke Pulau Sibeusi, tempat kita bermalam. Berhubung ini juga dalam rangka ow, kita langsung snorkeling dan freediving di 2 tempat berbeda.

Kita baru menuju penginapan ketika waktunya makan siang. Tapi setelah itu kita kembali snorkeling dan freediving di 2 tempat berbeda.

Malamnya kita makan malam dengan ikan bakar yang sudah disiapkan beserta lauk pauk yang lain, tidak ada acara khusus setelahnya, kecuali kalau mau bikin sendiri. Sebenarnya perjalanan ini dikomandoi oleh seorang teman yang punya travel agent, tapi karena dia juga anggota BFD, maka kita juga ikutan dengan sistem sharing cost. Jadi ada 2 perahu, 1 berisi peserta tour, 1 nya lagi BFD. 1 perahu bisa untuk sekitar 30 orang. Dengar-dengar sih, sewanya Rp3,5 juta/2 hari.

Buat saya yang tidak pandai berenang, dan hanya pernah sekali snorkeling denganperalatan lengkap, kesempatan itu sangatlah berharga. Saya hanya butuh fin untuk bertahan di air dan nafas untuk bisa mendekati karang dan ikan-ikan centil yang berseliweran di bawah saya.

Subuhnya kita bangun menuju Rakata, anak gunung Krakatau. Rencana sih, menyaksikan sunrise, apa daya, rasa kantuk dan 1 perahu yang rusak membuat kami hanya menyaksikan sunrise dalam perjalanan dari atas perahu. Buat saya pribadi, sunrise tidaklah terlalu istimewa.

Medannya tidaklah terlalu berat, tapi tanjakan yang berupa pasir sangatlah menguras tenaga. Selain itu, kita hanya bisa mendekati rakata, bukan menginjak puncaknya yang masih aktif dan sombong mengeluarkan asapnya. Tapi, kelelahan itu terbayar dengan pemandangan yang terbentang. Makanya, jangan lupa bawa air minum kalau ke sini.

Turun dari sini kita lanjut snorkeling dan freediving lagi di spot yang namanya lavaflow, katanya sih, itu terbentuk dari letusan gunung krakatau. Dan sumpah pemandangan bawah lautnya indah dengan koral-koral besarnya.

Hanya sekitar 1 jam kami di sini, sebelum ke spot terakhir, lagoon cabe. Jujur, spot terakhir tidak terlalu bagus, karena arusnya sedang tidak bersahabat, dan keruh, kecuali saya cukup berani ke tengah.


BFD susah banget disuruh segera naik perahu :)

Tuesday, August 6, 2013

Rafting di Citarik

Sejak tahu informasi mengenai kegiatan yang bernama arung jeram, saya langsung ingin mencobanya, tapi baru pada Desember 2012 hal itu terwujud. Setelah mencari-cari teman yang ingin berarung jeram, akhirnya bertemu dengan ajakan rafting di Citarik lewat backpackerindonesia. (oleh karena sudah lumayan lama, saya jadi lupa nama-nama tempat yang sempat kami singgahi).

Setelah, kontak-kontakan lewat email, Whats App serta sms, yang O.K hanya bertiga, perempuan semua. Hanya saya sendiri orang asing, karena kedua teman baru saya itu adalah rekan kerja di kantor yang sama.

Melihat waktu dan tempat, kami putuskan untuk manambah paket camping semalam, dengan segala fasilitasnya. Biar gampang dan murah, kami beli voucher lewat livingsocial Indonesia. Tapi karena rencana menginapnya belakangan, kami harus menambah dengan harga normal.

Kita yang semuanya tinggal di Bandung, pergi ke Sukabumi pakai bus MGI, saya berdua naik dari terminal Leuwi Panjang, dan yang satu tunggu di Padalarang. Walaupun akhirnya kami bertiga tidak satu bus karena gagal komunikasi, kami bertemu di terminal bus Sukabumi.

Setelah makan siang di dekat terminal, kami naik elf Rp4000 ke terminal angkot di sebuah pasar. Dari sini kami naik angkot sampai terminal angkot lagi. Perjalananya lumayan lama, kemarin ongkosnya Rp4000. Nantinya ada ojek yang akan mengantarkan ke lokasi Arus Liar. Berdasarkan pengalaman, sangat disarankan naik ojek karena tempatnya lumayan jauh, Rp10.000/ojek dan tidak ada angkutan lain. Begitu pun pulangnya.

Setelah check in, kami diantar menuju 'kamar', sebuah tenda yang bisa ditempati 4 orang. Di dalamnya tersedia bantal dan sleepingbag. Sayangnya tidak ada acara khusus yang dibuat untuk pengunjung yang menginap. Pelayanan dan pelayannya ramah, makanannya juga enak. Selain makanan utama, kita juga dikasih cemilan dan minum. Persis seperti hotel, pokoknya, ditambah pemandangan hijau sawah dan pegunungan tanpa pembatas tembok dan kaca jendela.
 
Add caption
sarapan
Perut kenyang dan tidur enak, disambut pemandangan alam begitu membuka resleting tenda, benar-benar cara yang indah untuk memulai hari. Belum lagi sarapan yang benar-benar memberikan tenaga untuk berarung jeram.

Sebelum mulai, kami diminta menuliskan biodata. Lalu diajak untuk mengambil perlengkapan: pelampung, helm, dan dayung. Setelah itu diangkut dengan truk kecil ke (sebut saja) garis start. Perjalanannya cukup seru karena berbelok-belok, menanjak dan menurun, melewati jalan berbatu. Barang berharga bisa dititipkan di locker atau kepada instrukturnya yang membawa drybox.

the equipments
Karena kami hanya bertiga, instrukturnya ada dua orang. Dalam kesempatan lain, bisa saja digabung dengan kelompok lain. Katanyanya satu perahu itu maksimal 5-6 orang. Tidak perlu khawatir, karena sebelum jalan akan dikasih pengarahan dan instruksi. Serulah pokoknya!

Di tengah arus yang tenang, kita diperbolehkan terjun untuk merasakan sejuknya sungai. Menariknya setiap jeram punya nama yang unik. Selain itu, kita kita bisa pilih mau paket yang berapa kilometer. Waktu itu kami ambil Paket A- sejauh 9km seharga Rp167.750.



Di tengah jalan, ada momentnya kita disuruh beraksi karena ada 'tukang foto'. Terkadang, instrukturnya iseng, melakukan manuver supaya kita basah sebasah-basahnya. Serunya, hari itu arusnya bagus dan tidak ada yang sampai terjatuh dari perahu. Sebenarnya lebih seru kalau banyakan, sehingga bisa lomba-lombaan atau perang-perangan dengan saling memercikan air. Ada tekniknya dengan menggunakan dayung.



Kita juga akan bertemu dengan pengunjung yang menggunkan operator lain selain Arus Liar. Hal ini wajar karena walaupun menggunakan sungai yang sama, di sekitarnya juga ada operator arung jeram yang berbeda-beda. Bahkan, menurut instruktur perahu kami, mereka bisa saling membantu sebagai instruktur.


Di pertengahan akan ada istirahat sebentar, kita diminta turun dan disediakan minum. Nanti, di (sebut saja) garis finish yang sesuai dengan paket yag kita ambil, kita disediakan kelapa muda. Di tempat ini biasanya ada juga penjual makanan. Dari sini kita diangkut lagi dengan mobil, kembali ke 'markas'.

tempat makan
Setelah bersih-bersih kami segera makan siang dan pulang... Tapi jangan lupa untuk pilih-pilih dan ambil foto-foto kita selama rafting, serta sertifikatnya.