Thursday, November 13, 2014

Hari-hari di Kyoto

Tinggal setahun di Kyoto membuat saya ingin selamanya tinggal di sini. Selain karena akses kemana-mana yang gampang, laju internet yang kencang, alasan utamanya adalah suasana kota yang nyaman dan sehat.

Kalau bisa meminta, statusnya seperti saat itu saja, tanpa kerja tapi ada pemasukan setiap bulannya. Sekolah nggak masalah asal nggak pakai riset. Just do what I am thinking! Salah satu jalan menghemat uang adalah sebisa mungkin menggunakan sepeda kemana-mana. Saya yang dulunya merasa tidak bisa bersepeda sambil berdiri, akhir-akhir di sana mulai terbiasa, hanya lepas tangan saja yang belum terlatih.

Yang masih sulit diubah adalah kebiasaan merupiahkan harga, tapi terbantahkan dengan pemikiran bahwa saya hanya tinggal setahun dan uang yang dibelanjakan adalah uang yang memang diniatkan untuk senang-senang selama di Jepang.

Untuk melatih bahasa, sebisa mungkin saya menggunakan Bahasa Jepang jika berkomunikasi dengan penduduk lokal. Walaupun tidak mengerti kalimat-kalimat yang mereka ucapkan, tapi jika bisa menangkap satu kata saja, ditambah gesture, ekspresi, dan kepekaan membaca situasi, biasanya bisa nyambung.

Hal-hal menarik mengenai orang Jepang, khususnya di Kyoto, yang sering saya perhatikan adalah:



  • Penampilan orang-orangnya yang modis, baik tua maupun muda. Khusus remaja perempuan, mereka suka banget pakai blush on, serta rok mini walaupun musim dingin;
  • Karena biasa banget lihat kaum prianya menggunakan tas sandang semacam totebag, setiap ke toko tas kok rasanya tas untuk mereka lebih 'lucu-lucu' ketimbang tas untuk cewek;
  • Payung, adalah benda wajib. Gerimis dikit saja mereka bisa langsung payungan, apalagi ketika musim panas;
  • Mereka menyukai cahaya, contohnya kamar saya yang ukurannya cukup kecil, lampu neonnya ada tiga, belum lagi lampu di dekat pintu. Selain itu sepanjang musim dingin pasti ada light up di mana-mana;
  • Tempat sampah di jalanan sangat sukar ditemukan. Sebenarnya hampir sama seperti di Indonesia, pada pagi hari akan ditemukan tumpukan sampah yang terbungkus plastik dan diletakkan di depan rumah atau tepi trotoar, nanti ada mobil sampah yang akan mengangkutnya;
    Sampah yang belum diangkut
  • Kalau kebingungan di jalan, tidak perlu ragu bertanya (dengan Nihonggo seadanya), mereka ramah dan suka nggak nanggung kalau menolong. Sebenarnya ini salah satu trik untuk mempraktikkan Bahasa Jepang kita;
  • Banyak banget ungkapan yang diucapkan setiap memulai atau atau mengakhiri pembicaraan, seperti ketika bayar di kasir, masuk toko/pusat perbelanjaan atau naik/ turun bis. Terkadang kita hanya membutuhkan jawaban pendek, seperti ada atau tidak, bisa atau tidak, tapi mereka selalu memberikan penjelasan panjang yang hanya bisa direspon dengan mengangguk-angguk;
  • Setertib-tertibnya, ada juga tuh yang melanggar aturan, seperti menyeberang tidak pada tempatnya, dan menyebrang ketika lampu masih merah, biasanya ini hanya terjadi di jalan kecil, yang lebarnya sekitar lima langkah;
  • Adanya fasilitas memadai bagi penyandang cacat. Petugas kereta dan supir bus akan rela membantu penumpang yang berkursi roda. Di dalam bus, ada suara yang memberitahu para tuna netra di halte mana bus akan berhenti. Selain itu, ada petunjuk bagi tuna netra di sepanjang trotoar, tangga, dan lantai stasiun, ditambah bunyi bip-bip yang menyertai lampu hijau bagi penyeberang jalan;
Petugas kereta yang siap membantu
Penanda di trotoar bagi tuna netra

  • Ketika naik bus, orang Jepang tidak bergegas untuk mendapatkan tempat duduk;
  • Sering melihat orang mengajak anjingnya berjalan-jalan. Mereka membawa tas yang berisi peralatan untuk membersihkan kotoran anjing serta menyimpannya kembali, oleh karena itulah walaupun banyak terlihat anjing, kotanya tetap bersih;
  • Kucing di Jepang montok-montok, seperti kucing yang sering berkeliaran di kampus saya. Sering saya melihat ada mahasiswa yang bermain atau memberi mereka makan;
  • Membaca buku atau membaca menggunakan gadget sering terlihat di kereta, termasuk membuka laptop untuk mengerjakan pekerjaan kantor. Tetapi ada juga yang menggunakan smartphone-nya untuk nge-game;
  • Tidak terdengar bunyi klakson, walaupun banyak kendaraan di jalan. Begitu juga pengguna sepedanya, jarang sekali saya mendengar bunyi bel sepeda yang meminta pejalan kaki untuk minggir, pengendara sepeda akan menunggu sampai pejalan kaki menyadari dan memberi jalan. Saya sering mengalami ini.

No comments: